Re(e)volusi Acehkita.com

AK

AK

 

Beberapa hari lalu saya mendapat pesan yang dikirimkan seorang rekan lewat YM (yahoo messenger!), rekan ini pun pertama sekali saya kenal lewat “dunia maya” dan baru sekali saya bertemu dengannya pada tahun 2007 silam ketika saya mudik ke Aceh. Rekan tersebut adalah Fachrurrazi M Gade, yang lebih sering meng-YM-kan dirinya dengan radzie, seorang jurnalis Aceh yang menjadi pemred Situs Acehkita.com dan juga Majalah Acehkini. Pesannya singkat ketika itu, “Sudah masuk ke Acehkita.com??”, wow…..ada apa ini, pikir saya, sudah lama memang saya tidak meng-akses Situs Berita yang booming pertengahan tahun 2004-2005 ini, setengah tahun yang lalu, berita-berita di Acehkita.com semakin menghilang, dan karenanya kebiasaan saya meng-akses situs berita ini pun memudar karenanya. Setelah mendapat pesan tersebut, langsung saya meluncur ke-TKP, dan Subhanallah…, Acehkita.com kembali berdenyut, tampilan berubah, fitur-fitur baru tersedia, dan tentu saja sudah ada berita-berita baru yang sudah lama saya nantikan.

BERITA ACEH YANG LEBIH JUJUR

Saya pribadi, sejak 2004 sudah mulai mengakses situs yang berdiri di tahun 2003 ini. Berita-beritanya lebih jujur, berani, dan lugas. Sebuah jalan yang tak mudah untuk diambil mengingat kondisi Aceh saat itu. Foto-foto yang ditampilkan pada saat itu juga menggambarkan kekinian Aceh yang sangat sulit kita dapatkan di media-media lain. Dengan penampilan tersebut, banyak yang beranggapan Acehkita.com berafiliasi kuat dengan “ureung gunong”, sebuah anggapan yang menurut pribadi saya tak cukup bukti sampai saat ini.

Tampilan Lama Acehkita.com

Tampilan Lama Acehkita.com

 

Tahun 2005, saya melakukan kontak pertama sekali dengan awak Acehkita.com, Bung Radzie yang menelpon saya langsung setelah saya sms untuk izin mengirim berita dari Malang. Ketika itu, beberapa tapol/napol GAM dikirim keberbagai Lembaga Permasyarakatan (LP) di seluruh Jawa, termasuk di LP Lowokwaru Kota Malang. Di LP ini, sekitar 25 tapol/napol GAM menjalani masa tahanan, termasuk Sekjen SIRA saat itu, Muhammad Nazar.

Bersama Nazar

Bersama Nazar

Sejak kontak dengan awak Acehkita.com itu, saya beberapa kali berkesempatan mengirim berita ke Acehkita.com, baik tentang keberadaan tapol/napol tersebut, juga terkait aktivitas mahasiswa Aceh di Malang dalam menyikapi MOU-Helsinki.

Bersama Acehkita.com ini juga saya merasakan pengalaman pertama meliput dan mengirim berita, bahkan sampai bisa meliput didalam LP Lowokwaru ketika tapol/napol itu dibebaskan karena kebijakan amnesti setelah penandatanganan MOU Helsinki.

Dalam perjalanannya, beberapa konflik internal di Acehkita.com sempat muncul, yang membuat Acehkita.com bak mati suri “hidup segan mati pun jangan”.

Konflik yang sambung menyambung ketika itu, ternyata membuat Acehkita.com makin dewasa dalam ke-balitaan-nya.

Dan, sampai saat ini, Acehkita.com masih berada di tangan jurnalis-jurnalis Aceh yang memiliki visi dan misi untuk Aceh yang lebih beradab.

ACCURATE, BRIEF, dan CLEAR

Accurate, Brief, Clear (ABC) menjadi slogan baru di “new” Acehkita.com kini. Tampilan yang sederhana tapi menggigit, berita-berita singkat namun tajam dan foto-foto exclusive seakan ingin mencitrakan inilah kami sekarang. Situs berita yang akan menjadi rujukan dalam mencermati Aceh sehari-hari.

ak-baru

Tampilan Baru Acehkita.com

Fitur baru yang mengajak “warga menulis” pun memberikan kesempatan bagi ribuan citizen journalist untuk mengirim berita-berita terkini yang terjadi di seluruh pelosok Aceh. Hal ini seakan menegaskan, tak ada tempat untuk menyembunyikan fakta mengenai Aceh di situs ini.

Saya pribadi ingin brief-nya diganti saja dengan “brave”, biar situs ini lebih berani, berani menggigit, menggigit siapa saja. Menggigit caleg-caleg yang nanti menjadi anggota dewan, menggigit birokrat-birokrat Aceh yang hanya memikirkan kursi empuknya, menggigit pengurus-pengurus sepakbola Aceh yang gak becus, menggigit aktivis-aktivis karbitan yang partisan, menggigit NGO-NGO yang menjadikan Aceh proyek untuk menjalankan roda organ mereka, menggigit pelaku maksiat di “Nanggroe Syariat”, dan bahkan menggigit diri kita sendiri sehingga kita tidak tidur dalam melihat realitas kekinian Aceh sekarang.

Besar harapan saya pada situs ini, semoga kedepan bisa terus berkembang, sehingga menjadi rujukan bagi siapa saja yang ingin melihat Aceh lebih dalam.

Dalam bayang saya nanti, dengan segelas kopi di pagi hari, dengan laptop dan fasilitas wifi di keudee-keudee kupie di pelosok Aceh, semua terkoneksi dengan Acehkita.com untuk membaca kabar terbaru yang terjadi. Keunoe keudeh nyang peunteng beurita.